Sunday, March 1, 2009

Beda bahasa dokter dan pasien...

Dua hari yang lalu, di depan sekolah anakku yang nomor dua, ada seorang ibu yang motornya ditabrak oleh motor pengendara lainnya. Karena tidak mempergunakan helm, akibatnya kepala si ibu terbentur ke aspal. Kalau dalam bahasa umumnya head injury sering disebut gegar/geger otak, sedangkan dalam bahasa medis-nya ada dua jenis geger otak: yang ringan disebut: commotio cerebri dan yang berat : cuntusio cerebri.

Kemudian si ibu dibawa ke RS tempat aku bertugas, setelah diobservasi beberapa waktu, akhirnya diputuskan untuk merujuknya ke RS dengan fasilitas yang lebih baik, yaitu ke RS yang ada Tanjung Pinang. Akhirnya si ibu meninggal di sana.

Seperti sudah menjadi kebiasaan di kota kecil, maka bisik2 tetangga segera beredar dan menyebar tentunya ditambah bumbu sana-sini. Orang tuaku (ibu) pagi2 sudah mendapat info dari tetangga depan rumah tentang kejadian di atas. Menurut cerita tetangga-ku, korban tabrakan tadi sewaktu berada di RS tidak diberi apa2 dan dibiarkan saja...

Begitu parahkan pelayanan RS kami ? Tentu saja tidak. Setahu aku dokter dan petugas IGD rajin2 serta sigap menangani setiap pasien emergensi yang datang. Tetapi mengapa pada kasus diatas, menurut cerita yang beredar, pasien tidak diapa2kan..?. Nah disinilah letak perbedaan bahasa antara dokter dan pasien (masyarakt awam) yang jika tidak di samakan (komunikasikan) maka akan menimbulkan salah paham.

Pada kasus2 trauma kepala yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Hanya dilakukan observasi saja. Jika selama observasi keadaan pasien oke2 saja maka tidak dibutuhkan rawatan dan pasien hanya menjalani rawat jalan saja. Sedangkan pada kasus yang lebih berat, dilakukan penilaian/diagnostik secepat2nya dengan CT_scan atau MRI. untuk mencari cedera langsung akibat trauma (kerusakan jaringan otak) atau pun komplikasi dari trauma tersebut berupa perdarahan, edema(bengkak otak) dan penekanan tekanan dalam otak yang mana ketiga hal ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani dengan baik dan benar.

Dari penafsiran aku, saat diobservasi serta dilakukan tindakan diagnostik lainnya, keluarga (dan pengantar lainnya/supporter) menganggap pasien dibiar2kan saja. Hal ini tidak akan timbul jika terjalin komunikasi yang baik antara dokter/paramedis dan keluarga pasien, guna menyamakan bahasa...